Globalisasi yang mulai merambah dalam berbagai lini kehidupan terlebih dengan masuknya fase revolusi industri 4.0. Indonesia telah melalui empat tahap revolusi industri dengan ciri khas masing-masing. Revolusi industri pertama menitikberatkan pada air dan uap, revolusi industri kedua, menitikberatkan pada elektronika listrik untuk produksi masal, revolusi industri ketiga didominasi oleh elektronika dan informasi, sedangkan revolusi indsutri keempat ditandai dengan kombinasi antara fisika digital dan informasi.
Percepatan bidang ilmu, teknologi, sistem komunikasi dan internet sangat luar biasa memberikan kemudahan segala urusan manusia. Namun demikian, hal tersebut juga memberikan dampak yaitu berupa dampak fisik (baca: polusi) yang mengakibatkan munculnya varian penyakit yang sebelumya tidak ada, yaitu kanker, tumor dan sejenisnya. Selain itu, dampak cara hidup dan gaya hidup modern mulai merasuki masyarakat, dan menimbulkan efek psikologis bagi individu yaitu memberikan efek kurang bagus karena sengat tergantung padateknologi.
Saat ini kita berada pada penghujung dekade kedu abad 21. Gejala pergeseran pun terjadi, misalnya bergesernya kekuatan ekonomi dunia dari Barat ke Timur dan dari Selatan ke Utara. Mekanisme ekonomi pasar bebas telah memberikan pengaruh terhadap persaingan dunia usaha termasuk para pekerja asing yang mulai memasuki ranah arau level buruh sampai dengan eksekutif.
Dalam kondisi yang demikian anak-anak muda Indonesia, generasi Indonesia harus bangkit dan berbenah. Kita harus menjadi tuan rumah di negeri kita sendiri dan mampu menata mekanisme di negara kita sendiri karena kita adalah tuan rumah yang peduli. Dalam perhelatan yang luar biasa tersebut maka generasi Indonesia harus benar-benar membekali diri karena tokoh kunci peradaban abad 21 berdasarkan Word Economy Forum tahun 2016, ada tiga hal yang menjadi pijakan, yaitu (1) karakter; (2) literasi dan (3) kompetesi.
Mengadopsi pendapat Maxwell (2014) bahwa karakter merupakan sebuah pilihan yang menentukan tingkat kesuksesan seseorang. Dalam hal demikian generasi Indonesia benar-benar harus terus mengembangkan tiga kecerdasan sekaligus, yaitu, IQ, EQ dan SQ. Selain itu, jiwa leadership, personal responsibility (sikap tanggung jawab), ethics (menghargai dan menjunjung tinggi etika), people skills (memiliki keahlian), adaptability ( mampu beradaptasi), self direction (arah yang jelas), accountttability , social responsibility (peduli dengan lingkungan sekitar), dan personal productivity (terus meningkatkan kualitas diri). Kesepuluh hal tersebut akan mampu mengokohkan karakter generasi muda Indonesia yang akan menerima bonus demografi pada tahun 2030-2045.
Literasi mejadi hal yang tidak kalah penting dengan karakter dalam pembentukan manusia abad 21. Literasi Indonesia harus terus digenjot karena dengan mau berliterasi masyarakat Indonesia akan semakin cerdas dalam segala lini. Pada dekade kedua menuju dekade ketiga di abad 21 ini bukan saja literasi baca tulis yang diperlukan tetapi juga literasi numerasi (konsep bilangan), literasi sains (pemanfaatan teknologi), literasi finansial (paham akan mencapai dan mengelolal keuangan), literasi digital (kemampuan mengakses, merangkai dan memahami akses digital), serta literasi budaya dan kewargaan. Bila keenam literasi tersebut dikuasai oleh anak-anak muda Indonesia maka prediksi Price Waterhouse Cooper yang menyebutkan bahwa pada tahun 2050 Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor empat di dunia.
Untuk mencapai mimpi dan juga prediksi yang luar biasa tersebut, selain karakter yang kuat dan kemauan berliterasi, anak-anak muda Indonesia juga harus terus mau mengasah kompetensinya. Kompetensi dicapai salah satunya dengan proses pendidikan. Pendidikan tentunya harus memanusiakan manusia karena disinilah terjadi transfer of knowledge, transfer of velue, transfer of culture dan transfer of religius. Dengan demikian, akan lahir pemikir-pemikir Indonesia yang luar biasa yang mampu berpikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks pemecahan masalah.
Tokoh kunci peradaban abad 21 juga harus mempunyai kemampuan komunikasi yang baik dan mampu membangun kerjasama dengan banyak pihak. Kemampuan demikian dibutuhkan dalam rangka membangun jaringan sehingga akan memperluas cakrawala yang mampu menumbuhkan sikap inetelktual dengan terus mencoba mencipta dan memperbaharui.
Dr. Sri Pamungkas, S.S., M.Hum. adalah praktisi pendidikan Pacitan