Allâh Azza wa Jalla berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allâh,” (QS. Al-Ahzâb : 21)
Pribadi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pribadi yang sangat agung, yang menjunjung tinggi akhlak mulia. Akhlak beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memadukan antara pemenuhan terhadap hak Allâh, sebagai Rabbnya dan penghargaan kepada sesama manusia. Bagaimanakah akhlak beliau?
Di antaranya, beliau adalah seorang hamba yang banyak sekali bersyukur kepada Allâh Azza wa Jalla atas nikmat-nikmat-Nya dan sering bertaubat dan beristigfâr. Bahkan beliau pernah shalat sampai kedua kaki beliau bengkak, sehingga ada yang mengatakan:
يَا رَسُوْلَ اللهِ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا
“Ya, Rasûlullâh! Bukankah Allâh telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang datang?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Apakah aku tidak mau menjadi hamba yang banyak (pandai) bersyukur?”
Meski beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat pandai bersyukur kepada atas segala limpahan nikmat-Nya, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap saja banyak beristighfâr, memohon ampun kepada Allâh Azza wa Jalla . Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allâh! Sesungguhnya aku beristigfar, memohon ampun kepada Allâh Azza wa Jalla lebih dari 70 kali dalam sehari,” (HR al-Bukhâri, no. 6307).
Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, yang pernah tinggal dan membantu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam selama 10 tahun, baik dalam perjalanan maupun ketika di rumah, menceritakan bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengatakan ‘Uh” kepadanya. Beliau juga tidak pernah menyalahkan Anas Radhiyallahu anhu terhadap apa yang dilakukan, dengan mengatakan, “Kenapa engkau melakukan ini?” atau terhadap apa yang tidak dilakukan, dengan mengatakan, “Kenapa enkau tinggalkan?” (HR al-Bukhâri no. 2768 dan Muslim no. 2309)
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memukul siapapun dengan tangan beliau, meskipun seorang pembantu kecuali dalam kondisi jihad fi sabilillah. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga tidak pernah melakukan aksi pembalasan terhadap semua perlakuan buruk yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam alami kecuali jika perlakukan buruk tersebut sudah masuk kategori pelanggaran terhadap apa yang diharamkan oleh Allâh Azza wa Jalla , maka saat itu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan pembalasan karena Allâh Azza wa Jalla (HR Muslim no. 2328).
Betapa tinggi serta mulia akhlak Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung,” (QS Al-Qalam :4).
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam orang yang paling agung, paling mulia dan paling luhur akhlaknya. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukan perbuatan nista, tidak pernah mencela dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah tipe orang yang suka mencela atau melaknat (HR al-Bukhâri no. 3559).
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga adalah seorang yang sangat dermawan terutama pada bulan Ramadan. Kedermawanan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengalahkan angin yang berhembus. Jika ada yang meminta sesuatu kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam atas nama Islam, maksudnya untuk memotivasinya agar masuk, maka pasti beliau akan berikan, meskipun itu besar. Perhatikanlah ketika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan ghanimah (harta rampasan perang) kepada seorang arab badui yang meminta ghanimah. Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan ghanimah yang sangat banyak karena beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berharap orang ini dan pengikutnya mendapatkan kebaikan. Setelah mendapatkan ghanimah yang sangat banyak tersebut, orang itu pulang ke kaumnya dan mengatakan :
يَاقَوْمِ أَسْلِمُوْا فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِي عَطَاءَ مَنْ لاَ يَخْشَى الْفَاقَةَ
“Wahai kaumku, masuklah kalian ke agama Islam, karena Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan sesuatu sebagaimana pemberian orang yang tidak takut kemiskinan,” (HR Muslim no. 2312).
Akhlak mulia beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikutnya adalah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat zuhud terhadap dunia, padahal beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam Rasûlullâh , utusan Allâh Azza wa Jalla , Rabb yang maha kaya. Jika beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menginginkan dunia, maka pasti beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa mendapatkannya, namun beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menginginkannya. Ketika beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam diberikan pilihan antara hidup di dunia semaunya ataukah menemui Rabbnya, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih untuk menemui Rabbnya, maksudnya meninggal (HR al-Bukhâri no 466).
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah menahan lapar selama berhari-hari, karena tidak memiliki makanan yang bisa digunakan untuk mengganjal perut.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan dunia ini tanpa meninggalkan harta warisan berupa emas, perak maupun binatang ternak. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya meninggalkan senjata dan baju besi beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang digadaikan kepada seorang Yahudi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pemimpin juga sangat perhatian dengan umatnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kadang jalan untuk melihat dari dekat keadaan para janda dan orang-orang miskin. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam penuhi panggilan atau undangan mereka dan jika mampu, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memenuhi kebutuhan mereka (HR an-Nasa’I, 3/109, no. 1413).
Pergaulan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak hanya sebatas orang-orang dewasa saja, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang mendatangi dan mengucapkan salam kepada anak-anak kecil serta mencandai mereka. Namun perlu diingat bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengucapkan perkataan dusta, meski sedang bercanda. Pernah ada yang mengatakan kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّكَ تُدَاعِبُنَا قَالَ إِنِّي لاَ أَقُوْلُ إِلاَّ حَقًّا
Wahai Rasûlullâh, sesungguhnya engkau mencandai kami,” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya saya tidak mengucapkan apapun kecuali yang benar.” [HR. al-Bukhâri dalam Adabul Mufrad, no. 265 dan at-Tirmidzi, no. 1990 dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]
Itulah sedikit gambaran akhlak Muhammad Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , orang yang diutus oleh sebagai rahmat bagi seluruh alam. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam,” (QS Al-Anbiya’ : 107).