Hari ini aku kembali terbangun karena suara-suara berisik yang berebut memasuki telingaku. Begitu ramai. Begitu menyakitkan.
Aku mendengar dua lelaki saling memukul karena berebut gadis yang mereka suka. Jeritan memaki dari dua perempuan saling mengejek karena membela idola mereka. Juga suara tembakan pemburu yang menembus badan sang raja hutan. Dan rintihan kelaparan anak yatim yang tertidur di jalanan.
Aku bahkan mendengar kericuhan mahasiswa dan polisi. Suara teriakan mereka yang mulai anarki. Gesekan sapu petugas kebersihan yang tetap bekerja dalam keramaian massa. Dan semua suara lain yang tidak jauh berbeda.
Aku mendengar semuanya. Suara-suara yang menusuk telingaku.
Ingin rasanya aku keluar dari sini dan menghentikan suara-suara itu. Tidak bisakah kalian tertawa saja ? Kurasa aku lebih suka mendengarnya.
Aku meraba dadaku, mencari jejak dari peluru yang menembus jantungku. Aku masih merasakan sakitnya tapi lebih sakit lagi mendengar suara-suara mereka.
Aku terus bertanya, apakah aku mati sia-sia ? Aku tahu kalian lupa bahwa darahku mengalir di tanah tempatmu berdiri.
Salam hormat dariku yang terkubur tanpa nama. Meski kalian tak mengenalku tapi aku ikhlas mati karena menyayangimu.